Indosultra. Com, Laworo -Saya pernah menulis artikel yang kurang lebih sama dengan judul diatas, saat itu mengenai cukup intensnya Pak Jokowi ke Sulawesi Tenggara. Dalam catatan saya, dengan kunjungannya kali ini, berarti sudah 8 kali dalam kurun waktu 2 periode masa jabatannya.
Kunjungan dibulan mei ini akan menyasar tak hanya wilayah kabupaten di daratan Sulawesi Tenggara, namun juga akan berkunjung ke Wilayah Kabupaten Kepulauan di Sulawesi Tenggara tepatnya di Pulau Muna di Kabupaten Muna dan Kabupaten Muna Barat.
Bagi Kabupaten Muna dan Muna Barat, kunjungan Presiden kali ini pastilah sangat spesial. Mengingat didaerah ini, Gusdurlah yang pertama menginjakan kaki sebagai Presiden. Setelah kunjungan Gusdur, tak ada lagi kunjungan presiden lain sampai dengan Pak Jokowi dijadwalkan akan berkunjung pada Senin 13 Mei ini.
Masyarakat Muna dan Muna Barat tentu akan bersuka cita menyambut kedatangan Presiden RI. Apalagi pak Presiden datang untuk meresmikan program yang ditelah diluncurkan bagi masyarakat mulai dari pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, fasilitas kesehatan, perdagangan, ketahanan pangan dan BLT yang menyasar masyarakat berpenghasilan rendah.
Hadirnya Jokowi di Pulau Muna tak cukup dilihat sebagai agenda formal kenegaraan seorang Presiden, lebih dari itu seyogyanya dipandang sebagai momentum dan cermin diri bagi dua kabupaten ini. Kita tentu dapat menerka nerka dibalik alasan pak presiden memutuskan kunjungannya ke Pulau Muna khususnya di Kabupaten Muna dan Kabupaten Muna Barat. Namun sebagai masyarakat, kita berharap bahwa hadirnya pak Jokowi merupakan sinyal positif bagi dua daerah ini untuk semakin berbenah dalam segala aspek.
Jika kita mereview tanggapan netizen didunia medsos, hadirnya Presiden membuat 2 daerah ini ibarat mobil yang semakin memacu kecepatannya. Dalam sekejap berdandan rapi, jalan jalan berlubang dibenahi, sampah yang masih berserakan dibersihkan, pasar yang masih cukup semrawut dengan sigap ditata. Ini adalah effek yang sangat sederhana akibat hadirnya seorang Presiden. Sebagai rakyat, ada harapan momen “bersolek” ini agar tetap dijaga, diteruskan setelah kunjungan Presiden.
Kita harusnya malu pada diri sendiri, mengapa kesadaran itu seolah baru muncul hanya karena hadirnya seorang Presiden. Tanpa beliau pun, tentu kita harus menyadari bahwa menjaga dan merawat fasilitas publik itu sifatnya wajib, agar dapat tetap dinikmati oleh masyarakat. Ini adalah bentuk komitmen, bentuk kesungguhan yang musti lahir dalam kesadaran alamiah tanpa ditrigger oleh hadirnya Presiden.
Tapi lepas dari soal “Jokowi Effek” diatas hal menarik lainnya adalah ada apa dengan Muna dan Muna Barat sehingga Pak Jokowi memutuskan berkunjung di dua daerah ini?
Di Pulau Muna ini ada 3 Kabupaten, Muna, Muna Barat dan Buton Tengah. Potensi alam di 3 kabupaten di pulau ini belum optimal didayagunakan. Dapat dikata potensinya tak jauh jauh dari 2 sektor yakni pertanian, perikanan/kelautan. Belum ada potensi unggulan lain yang menyeruak dan menjadi andalan utama.
Siklus ekonominya masih lebih banyak menyandarkan pada perputaran APBD setiap tahunnya. Paling tidak sekitar kurang lebih 3 T yang menjadi rebutan. Dari sumber lain belum terlihat mengalir deras. Ibarat air munculnya masih setetes setetes saja. Ini menjadi persoalan sesungguhnya.
Jika berharap dari potensi selain 2 potensi diatas, hal yang paling mungkin memiliki daya ungkit ekonomi secara cepat adalah sektor tambang. Namun dengan kondisi geologi Pulau Muna, sepertinya tak ada nikel di pulau ini. Seperti didaratan Sulawesi Tenggara, nikel menjadi primadona tambang saat ini.
Di Pulau Muna didominasi oleh kawasan Kars, yang menurut penelitian Sikumbang (1995), 85 persen didominasi oleh formasi Wapulaka. Jenis formasi yang menunjukan eksistensi batu gamping.
Riset potensi kars Muna oleh Okto dkk (2021) menunjukan adanya peluang ekonomi pemanfaatan kars Pulau Muna sebagai bahan galian industri karena kekhasan kandungan geokimianya.
Salah satu potensi pemanfaatan batu kapur ini adalah sebagai bahan flux untuk mengikat senyawa non logam biji nikel laterit. Indonesia memiliki potensi kandungan nikel laterit yang tinggi, sehingga kebutuhan batu kapur untuk mengolah biji nikel laterit masih cukup tinggi. Batu kapur yang dibutuhkan adalah yang mengandung kadar CaO minimal 45 % atau CaCO3 70 %.
Di Muna mungkin saja kadarnya lebih dari itu. Karena sejak 2018 wacana pengolahan batu kapur untuk kebutuhan industri nikel sudah mulai bergulir hanya sampai saat ini mandegnya entah dimana.
Smelter di Sultra yang beroperasi sesuai data Kementerian peindustrian per Januari 2023 sejumlah 25 unit. Tentu bahan baku batu kapurnya tak ada suplai dari Pulau Muna atau pun jika ada masih amat kecil. Padahal jika kapur pulau Muna menjadi supplier utama, secara ekonomis bisa jadi menguntungkan. Tak perlu jauh dari sumber bahan baku. Meminimalisir cost produksi.
Kondisi ini dapat menjadi peluang. Jika potensi karst Pulau Muna ini diarahkan pada hilirisasi industri Nikel di Sulawesi Tenggara. Namun ini tidak mudah, tantangannya adalah ancaman terhadap degradasi lingkungan akibat pengolahan karst ini. Apalagi jika visi lingkungan diabaikan, pastilah akan berdampak secara ekologis.
Ini menjadi tantangan bagi pengambil kebijakan ditingkat daerah dan nasional. Jika potensi Pulau Muna ini akan dioptimalkan khususnya disektor tambang batu kapur maka perlu kajian akademik yang handal dan multi dimensi dan tak asal jadi, sehingga nantinya dapat bermanfaat bagi masyarakat Pulau Muna.
Tentu tak juga mengabaikan potensi lainnya seperti pertanian dan kelautannya. Bahkan jika maslahatnya lebih besar, 2 sektor ini hendaknya diprioritaskan.
Koridor ekonomi Pulau Muna dapat dibentuk atau Kawasan Ekonomi Khusus Pulau Muna. Muna, Muna Barat dan Buton Tengah akan menjadi satu kesatuan tak terpisahkan secara ekonomi. Potensi eko tourismnya dapat digenjot, mulai dari Danau Karst Napabale, Matakidi, hingga Labobo di Buton Tengah akan menjadi satu kesatuan jalur wisata bagi pelancong Pulau Muna. Moga moga bisa mendekati Bali nantinya, hal yang mungkin saja terwujud.
Apalagi jika Pak Jokowi menjadikan Pulau Muna ini sebagai atensi khusus beliau kedepannya. Paling tidak dapat memberikan pesan keberlanjutan kebijakan bagi Prabowo Gibran dalam RPJMN 2025-2029.
Kita semua berharap dan berdoa, semoga Pulau Muna menjadi magnet khusus bagi Jokowi, agar Pulau ini kembali bergairah, berdenyut kencang, ekonominya maju, jalan jalannya semakin baik.
Dan pasca beliau take off dari Bandara Sugi Manuru Muna Barat meninggalkan Pulau Muna, Bandara itu kembali sibuk seperti sedia kala, tak mati suri lagi. Itu bisa saja terjadi jika ekonomi Pulau Muna Bergairah, dan pengunjungnya semakin meningkat.
Wallahu A’lam bishowab.
Penulis : Surachman, ST, MT
Dekan Fakultas Teknik ITBK Muhammadiyah Muna Barat.
Laporan : La Bulu.
Leave a Reply