Kemenag : Sultra Memiliki Tingkat Kerukunan Umat Beragama Yang Harmonis

Kepala Bagian (Kabag) Tata Usaha, Muhammad Saleh, saat membuka kegiatan

Indosultra.com, Kendari – Kementerian Agama (Kemenag), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), menyampaikan Sultra memiliki tingkat kerukunan umat beragama yang harmonis. Hasil indeks nasional kerukunan umat mencapai 73,83 persen.

Hal tersebut disampaikan Plt. Kakanwil Kemenag Sultra diwakili Kepala Bagian (Kabag) Tata Usaha, Muhammad Saleh, saat membuka kegiatan Peningkatan Kapasitas Resolusi Konflik Bagi Anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Tokoh Masyarakat di Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara yang diselenggarakan oleh Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kemenag RI. Senin (27/2/2023) kemarin disalah satu Hotel di Kota Kendari.

Kabag Tata Usaha, Muhammad Saleh mengatakan Kerukunan umat beragama merupakan salah satu agenda strategis sebagai fondasi ideal meletakkan segenap upaya mewujudkan cita-cita bersama kehidupan yang aman, damai, harmonis dan sejahtera sesuai visi dan misi Pemerintah Sulawesi Tenggara. “Tanpa kerukunan yang terjalin baik maka berbagai program pembangunan akan menemui jalan buntu. pada tataran inilah kerukunan umat beragama harus diupayakan bersama oleh segenap elemen yang sadar akan pentingya pembagunan karakter dan budaya rukun,”kata Muh Shaleh, dalam keterangan tertulisnya, Selasa, (28/2/2023) pagi.

Lebih lanjut ia mengungkapkan berdasarkan hasil indeks kerukunan umat beragama di Provinsi Sultra tahun 2021 yang dilakukan oleh Balai Diklat Keagamaan Makassar berkejasama Kanwil Kemenag Sultra, menunjukan nilai 73,83 dengan kategori tinggi dengan rata-rata nasional. “Indikator yang digunakan yaitu aspek toleransi 72,90, aspek kesetaraan 75,69 dan kerjasama 73,4. ini menunjukan bahwa sulawesi tenggara secara nasional memiliki tingkat kerukunan umat beragama yang harmonis,” ungkapnya.

Dengan hasil tersebut, ini menjadi bukti nyata tingginya toleransi dan wujud kerukunan antar umat beragama di Sultra yaitu terdapat satu tembok dua rumah ibadah, penggunaan halaman rumah ibadah bagi hari besar agama lain, ada juga dalam acara haroa menjelang bulan ramadhan masyarakat non muslim membantu dan berdoa kepada arwah leluhur mereka dan adapula umat buddha membantu mendirikan masjid yang diberi nama masjid rahmatan lil alamin.

“Kita ingin membawa energi besar kita untuk hal-hal yang kontributif dan produktif. mengurangi energi yang tidak produktif dan potensi perpecahan yang terjadi. merawat sikap keberagamaan sehingga menjadi bagian dari provinsi yang bisa mengeksplor potensi kerukunan umat beragama tidak hanya di indonesia, namun di dunia,”ujarnya.

“Hal ini lanjutnya akan dilakukan melalui strategi gerakan Kemenag sultra bersahabat (bersih, religius, santun, harmonis, berbasis teknologi) dengan menerapkannya hingga ke struktur paling bawah, dan ini merupakan bentuk respon terhadap program prioritas kemenag. yang dibingkai melalui strategi 3B yaitu bersama, bersatu, bersaudara. bersama kita bisa, bersatu kita kuat dan bersaudara kita rukun,”lanjutnya.

Kepala Bidang Harmonisasi Umat Beragama, Anwaruddin Ambary mengatakan masyarakat selalu menempatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Penyelesaian masalah dengan lembaga-lembaga alternatif penyelesaian sengketa atau alternative dispute resolution secara tidak langsung telah berkembang.

“Secara substansi penyelesaian sengketa dengan upaya damai melalui musyawarah bahkan upaya ini sering disebut sebagai identitas bangsa Indonesia, maka penting membekali staf, instansi atau lembaga dengan skill dan keahlian menjadi mediator,”ucapnya.(b)

Laporan : Ramadhan

Koran indosultraKoran indosultra