Bungker dan Meriam: Saksi Ekspansi Belanda dan Jepang di Kendari

Jejak Kolonial Belanda dan Jepang di Kota Kendari

Indosultra.com, Kendari – Wilayah Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dijadikan sebagai daerah pertahanan oleh dua negara yang telah menjajah Indonesia pada masa Perang Dunia Kedua (PD II). Tentunya wilayah ini memiliki banyak peninggalan bersejarah tentara kolonial Jepang dan Belanda.

Beberapa di jejak kolonial itu di antaranya sudah rusak dimakan usia, Nlnamun hingga kini peninggalan yang didominasi berupa bangunan Kolonial Belanda, Bunker Pertahanan, dan Alat Tempur masih menjadi lokasi yang sering dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun luar. Saat ini, beberapa lokasi telah dijadikan lokasi cagar budaya oleh pemerintah.

Pengamat sejarah asal Kendari, Prof. Anwar menerangkan bahwa penjajahan di Kendari diawali oleh kedatangan seorang ilmuwan Belanda bernama Vosmaer, pada 9 Mei tahun 1831. Ia mendarat di Kendari dalam rangka penelitian aspek geografis, dan potensi awal Sulawesi bagian timur.

Prof Anwar mengatakan, Vosmaer dikirim ke Kendari untuk mempersiapkan pendudukan Belanda di Kendari.

“Nanti pada tahun 1905 itu baru mulai masuk di Kendari Belanda, dalam arti menjajah menempatkan aparatnya di Kendari. Waktu Belanda masuk itu mereka kemudian langsung membuat bangunan, cuma beberapa bangunan, cuma tidak nampakbangunannya,”terang Prof Anwar, saat diwawancara pada Jumat (5/8/2022) lalu.

Lanjutnya, pembangunan Belanda diawali saat adanya pertemuan Vosmaer dengan Raja Laiwoi bernama Tebau, pada tahun 1832. Vosmaer mendirikan rumah untuk Raja Laiwoi bernama Tebau yang berkedudukan di Lepo-lepo, dan menyampaikan bahwa akan membangun Istana di Teluk Kendari, yang berlokasi di depan Pelabuhan penyebrangan Kendari-Raha, disusul pembangunan lain yaitu Loji Dagang, Pecinan, Bioskop Pertama Kendari (Kendari Teater), Rumah Kontroler Belanda Kota Lama Kendari, Sekolah Cina, Rumah Jabatan Komandan Tentara Belanda, Kantor Klasis/Internat (Rumah Pendeta), dan beberapa bangunan lain.

“Yang bangunan-bangunan itu rata-rata Belanda, dan peralatan perang Baterai. Meriam yang di Mata dan pulau pandan satu itu Belanda punya,” terangnya.

Lebih lanjut Prof Anwar menjelaskan, Jepang masuk ke Kendari tahun 1942 setelah mengalahkan Belanda dan dengan mudah Jepang menguasai Teluk Kendari. Sementara pasukan Belanda kemudian mundur ke negara Kangguru atau Australia.

Jejak Kolonial Belanda dan Jepang di Kota Kendari

Dikatakannya dari sisi pembangunan Insfrastruktur, Jepang tidak melakukan pembangunan tambahan kecuali hanya berupa pertahanan perang saja seperti beberapa bunker. Di antaranya Bunker yang ada di perumahan Korem yang letaknya di halaman bekas rumah jabatan Danrem 143/HO, Pilboks TVRI Piboks di pinggir jalan Jenderal Ahmad Yani, depan Kantor TVRI, dan Gua Terowongan 1 berada di Kelurahan Anggilowu, Kecamatan Mandonga.

“Kalau Jepang itu hampir saya tidak tau informasinya, karna begini Jepang datang menduduki posisi Belanda tapi dia tidak membangun tambahan bangunan. Jadi Belanda kan tinggalkan itu, jadi orang Belanda yang tinggal kan ditawan sehingga Istana Belanda itu ditempati oleh Jepang kan,”jelasnya.

Untuk kondisi beberapa peninggalan masa kolonial Belanda, seperti Baterai yang berlokasi di Kelurahan Kelurahan Mata, Kecamatan Kendari, Kota Kendari, Sultra, Prof Anwar menambahkan masih dalam keadaan baik, namun ada beberapa dibiarkan terbengkalai tak terawat. slSeperti perkuburan para tentara Belanda dibiarkan tidak terurus dan telah dijadikan pemukiman warga, wilayah Kelurahan Mata, Kecamatan Kendari, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra).

“Ia bahkan, mereka di situ dia jadikan rumah. Ada juga mungkin sebagian di sudah bongkar,”ujarnya.

Sementara itu, Kurator Museum Kendari, Agung Kurniawan mengatakan, sampai saat ini pihaknya masih mengoleksi sisa-sisa peninggalan perang yang didominasi tentara masa kolonial Belanda berupa alat tempur senjata, yang digunakan saat naungan kongsi dagang yang lebih dikenal dengan VOC singkatan dari Vereenigde Oost-Indische Compagnie.

“Kalau di Museum kami disini memang kebanyakan peninggalan Belanda dari pada Jepang. Kaya meriam-meriamnya saat masa VOC dulu, seperti topi perang nya,”kata Agung.

Agung juga menyebutkan beberapa peninggalan yang masih tersimpan dan menjadi koleksi museum yaitu Katana Jendral Jepang, pistol peninggalan VOC, Meriam VOC dan Portugis, pakaian Noni Belanda, Samurai dan beberapa peninggalan lain.

“Belanda kalau mau dihitung ini dengan peralatan-peralatan dapurnya apa semua, ada sekitar sampai 50 kayanya sama dengan Jepang sekitar 50 juga yang paling banyak Samurai,”jelas Agung.

Diketahui jelang peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, ke-77 Wakil Gubernur (Wagub) Sulawesi Tenggara (Sultra), Lukman Abunawas, saat melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Konawe Kepulauan pada Sabtu (30/7/2022), telah menginstruksikan pemerintah setempat bisa melestarikan situs sejarah untuk dijadikan media pendidikan dan media pengingat sejarah perjuangan bagi anak bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. (b)

Laporan : Ramadhan

Koran indosultraKoran indosultra