Indosultra.com, Unaaha – Kebijakan pemerintah untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi jenis bensin Pertamax (RON 92) beberapa waktu yang lalu akhirnya menuai protes penolakan dari berbagai elemen masyarakat.
Kebijakan tersebut dinilai tidak pro rakyat, bahkan keterlaluan jika kita berkaca pada keadaan negara yang sedang berjuang melawan Pandemi untuk mengembalikan ekonomi negara.
Salah satu warga Kabupaten Konawe Yusran yang berprofesi sebagai pedagang bensin jalanan menyesalkan kebijakan itu dan berharap agar bahan bakar jenis Pertalite tidak ikut naik harganya.
” Kalau harapannya jangan naik, kalau Pertalite ikut naik yakin saja semua harga barang pasti ikut naik,” ungkapnya saat diwawancarai dikediamannya, Selasa (5/4/22).
Yusran juga menyebutkan masyarakat akan semakin sulit menghadapi kenaikan harga barang dan makanan jika bahan bakar Pertalite ikut naik harganya.
” Sekarang masih dikisaran 7.650 per liter dipertamina sedangkan kita jual per botol ukuran satu liter itu Rp 10.000, semoga saja tetap stabil, kalau perlu turun harganya,” jelasnya.
Ditempat berbeda Siti Muawanah warga Unaaha mengungkapkan agar pemerintah bisa memberikan solusi terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat.
” Harapan kita pemerintah bisa memberikan solusi, bukan menambah masalah. Minyak goreng saja belum selesai, sekarang BBM lagi yang naik,” katanya kesal.
Dalam keterangan resmi, Pertamina menaikkan harga BBM Pertamax karena harga minyak dunia semakin mahal. Meskipun harga BBM Pertamax naik, tapi Pertamina klaim banderol tersebut masih di bawah harga keekonomian.
Laporan : Febri
Leave a Reply