Dibangun Dengan Dana 10 M lebih, Pasar Rakyat Koltim Kini Berfungsi Sebagai Tempat Pacaran

Ketgam: Pasar rakyat Kolaka Timur yang terletak di Desa Poni-poniki, Kecamatan Tirawuta, Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara, hingga kini belum maksimal berfungsi sebagai sarana transaksi jual-beli.(Foto:Zamrul).

Indosultra.Com, Kolaka Timur- Pasar rakyat Kolaka Timur yang terletak di Desa Poni-poniki, Kecamatan Tirawuta, Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara hingga kini belum maksimal berfungsi sebagai sarana transaksi jual-beli. Para pedagang yang berjajakan di lokasi ini masih dapat dihitung jari.

Pasar rakyat Koltim didirikan pada tahun 2015 lalu dengan menggunakan anggaran diatas 10 miliar. Sumber anggarannya berasal dari APBN dan APBD Koltim. Pengerjaan bangunan pasar kabupaten dilakukan dengan tiga tahap.

Pasar ini berdiri berdasarkan inisiatif pemerintah kabupaten, karena ingin memindahkan para pedagang pasar tradisional Kelurahan Rate-rate. Sempat terjadi pertikaian. Hingga kini para pedagang tersebut bersikukuh pindah ke pasar kabupaten.

Kondisi Pasar Rakyat Koltim Desa Poni-Poniki

Menurut warga sekitar, Baharuddin, pasar kabupaten terlihat ramai hanya pada waktu acara peresmian saja, karena waktu itu sempat dihadiri Bupati dan “keronconya” (perangkat SKPD).

“Pak Bupati Koltim sempat membeli nasi kuning. Habis makan nasi kuning langsung pulang. Setelah itu, pasar tak pernah lagi ramai (sepi). Sejak dibangun los yang dibuat tidak pernah digunakan,” ujarnya, Rabu (21/10/2020) saat ditemui di rumahnya.

Pedagang yang berjualan di pasar rakyat Koltim, kata Baharuddin tidak lebih dari 10 orang saja. Terdiri dari pedagang ikan, pedagang beras, pedagang sandal jepit, serta penjual sayur-mayur. Itu pun mereka berdagang hanya dua jam saja. Terhitung, mulai dari pukul 06.00 wita hingga pukul 08.00 wita. Lebih ramai pasar dusun dari pada pasar kabupaten.

Pasar kabupaten buka hanya dua kali dalam seminggu,yaitu Senin dan Jumat. Pembeli yang datang di pasar kabupaten hanya berasal dari Desa Poni-poniki sendiri, Desa Simbune dan Desa Lalingato. Pasarnya berjalan

Bagi Baharuddin, pasar kabupaten merupakan bangunan mubazir karena tidak pernah difungsikan sebagaimana mestinya. Apalagi telah menggunakan anggaran negara yang tak sedikit.

Dibalik kurang berfungsinya pasar kabupaten ini, menjadi wahana bagi sekelompok muda-mudi yang doyan kelayapan malam hari. Tanpa ada penjaga malam, lokasi pasar mereka jadikan sebagai tamplas bebas untuk nongkrong. Tidak sedikit dari mereka mengadakan pesta sminuman keras (miras) ditempat itu, sekaligus juga dijadikan sebagai arena bercinta (pacaran).

Pria berusia lanjut ini mengaku bahwa para muda-mudi itu biasanya masuk ke lokasi pasar kabupaten nanti pada pukul 12 malam dengan menggunakan kendaraan roda dua. Meski begitu ia hanya memilih diam.

“Wallahu a’lam, saya tidak tau apakah mereka berhubungan badan atau tidak. Saya tidak pernah urus, itu urusan mereka. Pemerintah saja tidak pusing, apalagi kita hanya masyarakat biasa,” kesalnya.

Nampak potret kumuh dan semrawut di lokasi pasar rakyat itu. Ketika wartawan menyambangi lokasi, terlihat dari depan gerbang pintu masuk pasar banyak semak belukar dan rerumputan tumbuh dengan riang gembira.

Lantai satu bangunan, sudah banyak tegelnya rusak dan terlihat jorok,pertanda tidak pernah lagi dibersihkan. Pintu-pintu lods tempat berjualan sudah banyak yang bergeser dari posisinya. Sementara di lantai dua bangunan pasar, juga terlihat kumuh. Lantai tangga yang dilalui penuh dengan debu. Ruangan kepala pasar dan stafnya juga sesak dengan tumpukan dos bekas.

“Tidak pernah dibersihkan, apalagi yang membersihkan orangnya (petugas kebersihan) sudah tua. Hanya datang memungut iuran paling cuma dapat 10 ribu saja. Bagaimana mau dibeli racun rumput,”sebut Baharuddin.***

Laporan : Zamrul

Koran indosultraKoran indosultra