Indosultra.com, Kendari – Pembenahan wilayah Kawasan Kumuh di Kota Kendari kembali berlanjut pada area kawasan Lapulu – Pudai.
Wali Kota Kendari H. Sulkarnain Kadir SE. ME bersama DPRD Kota Kendari melakukan peletakan batu pertama pembangunan Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) skala kawasan di Lapulu – Pudai, Jum’at (24/12/2021).
Sulkarnain mengatakan, pemerintah kota Kendari akan terus berupaya memberikan yang terbaik, sehingga potensi ekonomi masyarakat dapat meningkat.
“Kawasan Lapulu Pudai segera menyusul, makanya foto memang dan dibandingkan setelah program selesai,” terang Sulkarnain.
Pengerjaan program Kotaku itu direncanakan bakal rampung pada bulan Juni 2022, agar hunian masyarakat utamanya ruang terbuka publik jadi lebih tertata.
Ketua Tim NSUP Sultra, Ahmad Ismail, menyebutkan kawasan kumuh Lapulu – Pudai seluas 14 Hektar akan dikerjakan selama kurang lebih 7 bulan.
“Simulasi kawasan kumuh di Lapulu ada 14 Hektar, setelah kita simulasi kawasan ini akan menjadi 0 kumuh nantinya, dengan penanganan 100 persen,” ucapnya.
Dana program Kotaku itu berasal dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) melalui direktorat Cipta Karya. “Dana dari APBN, dananya sekitar Rp 49 M,” jelasnya.
Lanjutnya, luasan kawasan kumuh Kota Kendari sekira 397 Hektar, hingga tahun 2021 sudah sebanyak 70 persen hektar kawasan kumuh telah ditangani.
Sementara itu, Koordinator Kotaku, Langkarisu, mengatakan pembangunan kawasan kumuh di Lapulu – Pudai tetap mengusung pada konsep mensejahterakan rakyat dan upaya membangkitkan UMKM serta spot pariwisata.
“Konsep awalnya penataan kawasan kumuh, kita bangun sarana infrastrukturnya, tetapi nantinya berimplikasi pada aspek lainnya seperti ekonominya,” terang Langkarisu.
Lanjutnya, penataan kawasan itu diprediksi akan lebih bagus dari pada Bungkutoko – Petoaha.
Selanjutnya dalam konsep penataan itu, Papalinbang yang menjadi salah satu mata pencarian masyarakat bakal kembali dihidupkan dengan konsep yang lebih menarik, sehingga teluk Kendari dapat menjadi lokasi wisata yang berkembang.
“Tapi dia tidak seperti Papalinbang yang lama kita modifikasi perahu-perahunya, untuk menghubungkan spot wisata yang lainnya,” ungkapnya. (b)
Laporan Rachmat Ramadhan
Leave a Reply