Tanggul Penanganan Banjir Dikonut Masuk Tahap Pengukuran Lahan

Tanggul Penanganan Banjir Dikonut Masuk Tahap Pengukuran Lahan
Abu Haera

Indosultra.Com, Konawe Utara-Tanggul Penanganan Banjir di Kabupaten Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara (Sultra), telah masuk pada tahap pengukuran lahan.

Pengukuran lahan, dilakukan oleh tim dari Balai Sungai, Kementerian kerjasama Pemerintah Provinsi dan Daerah untuk memastikan luas lahan masyarakat yang masuk dalam kegiatan pendirian tanggul.

“Kalau pengukurannya sudah tuntas, selanjutnya dilakukan proses untuk ganti rugi lahan,”kata Bupati Konut, Ruksamin melalui Wakilnya, Abu Haera, Kamis (30/9/2021).

Sebelumnya, telah dilakukan
sosialisasi tim persiapan pengadaan tanah pembanguan tanggul banjir di Balai Kantor Kecamatan Asera beberapa waktu lalu.

Kegiatan itu, dihadiri dan dibuka Wakil Bupati Konut, Abu Haera bersama para Asisten, Pemerintah Provinsi, Perwakilan Kementerian PUPR dan Balai Sungai, Pemerintah Kecamatan, Lurah, Desa, Tokoh masyarakat dan para pemilik lahan Kelurahan Asera dan Desa Walasolo tempat akan didirikan tanggul tersebut.

Dari data yang dihimpun awak media Indosultra.Com, anggaran penlngerjaan tanggul berkisar Rp900 miliyar. Realisasi program tersebut, berkat koordinasi Bupati Konut, Ruksamin ke Pemerintah Pusat.

Pelaksanaan kegiatan, ditindak lanjuti melalui SK Gubernur Sultra tentang persiapan pengadaan tanah untuk pembangunan tanggul Sungai Lasolo.
Program tersebut, bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bencana banjir. Dari data diperoleh, di Konut persoalan banjir telah melanda sejak tahun 1977 atau sejak 44 tahun lalu.

“Pembanguan tanggul ini akan sangat bermanfaat bagi masyarakat baik dari sisi kehidupan, ekonomi dan lainnya. Kita harap ada pemahaman bersama agar semua perosesnya berjalan baik dan lancar,”ungkap Abu Haera.

Mantan Sekda Konut ini juga menyampaikan, realasasi pembangunan tanggul sepanjang 14 kilo meter. Titiknya, dimulai dari jembatan besi asera sampai diwilayah Puusli Kecamatan Andowia. Untuk realisasi ganti rugi pemilik lahan diupayakan mulai bulan oktober 2021

Diuraikan, Konut banjir besar pertama tahun 1977, 1 orang korban jiwa, kemudian tahun 1996, jembatan asera yang di bangun hancur. Jembatan aseransudah dibangu ke 3 kalinya, banjir kedua wilayah Walalindu dan Tapuwatu habis disapu banjir. Kemudian, tahun 2006 karena banjir masyarakat di relokasi. Selanjutnya tahun 2019, rumah masyarakat habis.

“Inilah yang harus kita pikirkan. Apakah kita mau ini terulang kembali terus menerus datang banjir di sapu banjir. Saya harap kita pahami dan mendukung jangan terpengaruh dengan hasutan-hasutan orang,”tutupnya.**(IS)

Laporan: Redaksi

Koran indosultraKoran indosultra
error: Hak cipta dilindungi undang-undang !!