Sultra Berpotensi Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang Hingga 2022

Sultra Berpotensi Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang Hingga 2022
Ilustrasi

Indosultra.com, Kendari – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat agar waspada akan potensi bencana hidrometeolrogi menyusul prediksi musim hujan yang akan datang lebih awal dari biasanya pada tahun ini. Potensi hujan lebat disertai kilat dan angin kencang akan melanda sejumlah Provinsi di Indonesia, termasuk Sulawesi Tenggara (Sultra).

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati
mengatakan, puncak musim hujan diprediksi akan terjadi pada periode 2021/2022 hingga bulan Januari dan Februari 2022. Wilayah yang diprediksi akan mengalami musim hujan lebih besar dari biasanya, diantaranya yaitu, sebagian Aceh, Sumatera Utara, Sumatra Barat, Riau bagian selatan, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur bagian barat hingga selatan, Sulawesi, Maluku Utara bagian barat, Pulau Seram bagian selatan, dan Papua bagian selatan.

“Perlu menjadi perhatian bersama, terutama di wilayah-wilayah rawan banjir, tanah longsor, dan tanah bergerak seiring intensitas curah hujan yang akan terus semakin meninggi,” ungkap Dwikorita saat Konferensi Pers secara virtual via zoom, Kamis (26/8/2021).

Dari total 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 14,6 persen diprediksi akan mengawali Musim Hujan pada September 2021, meliputi Sumatra bagian tengah dan sebagian Kalimantan. Kemudian 39,1 persen wilayah pada Oktober 2021, meliputi Sumatra bagian selatan, sebagian besar Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Bali. Sementara itu, sebanyak 28,7 persen wilayah lainnya pada November 2021, meliputi sebagian Lampung, Jawa, Bali – Nusa Tenggara, dan Sulawesi. “Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologis awal musim hujan pada periode 1981-2010, maka Awal Musim Hujan 2021/2022 di Indonesia diprakirakan maju pada 157 ZOM (45,9 persen), sama pada 132 ZOM (38,6 persen), dan mundur pada 53 ZOM (15,5 persen),” lanjutnya.

Secara umum, sifat hujan selama musim hujan 2021/2022 diperkirakan normal atau sama dengan rerata klimatologisnya pada 244 ZOM (71,4 persen), sejumlah 88 ZOM (25,7 persen) akan mengalami kondisi musim hujan atas normal (lebih basah dari biasanya) dan 10 ZOM (2,9 persen) akan mengalami musim hujan bawah normal.

Sementara itu, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Dodo Gunawan mengatakan, saat ini El Niño-Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) sama-sama dalam keadaan Netral. Keduanya adalah faktor iklim penting yang mempengaruhi terhadap variabilitas curah hujan di Indonesia, terutama pada skala waktu inter-annual. Tapi berdasarkan pantauan parameter anomali iklim global pihaknya dan institusi-institusi internasional lainnya, terdapat indikasi/peluang bahwa ENSO Netral akan berkembang menjadi La Nina pada akhir tahun 2021.

Sementara, Indian Ocean Dipole Mode (IOD) Netral diprediksi bertahan setidaknya hingga Januari 2022. Dirinya menghimbau masyarakat untuk mewaspadai kejadian cuaca ekstrem seperti hujan es, hujan lebat disertai kilat dan petir, dan angin puting beliung jelang masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.sebab, perubahan cuaca yang tidak menentu bisa membuat imunitas melemah sehingga menjadi rentan terkena penyakit.

“Terlebih situasi Indonesia saat ini belum lepas sepenuhnya dari pandemi Covid-19. Waspada bencana hidrometeorologi dan jaga kesehatan selalu,” imbaunya. (b)

Laporan : Ramadhan

Koran indosultraKoran indosultra