Indosultra.com,Kendari – Dewan Pimpinan Daerah (DPRD) Partai Demokrat Sulawesi Tenggara (Sultra) gelar diskusi sekaligus buka bersama di Hotel Kubah 9 Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Dalam diskusi tersebut bertemakan “Antisipasi Ancaman Dan Kepunahan Sembilan Bahasa Daerah di Sulawesi Tenggara”.
Acara ini bertujuan untuk mencari solusi atasa tantangan yang dihadapi dalam menjaga eksistensi bahasa Daerah ditengah arus modernisasi.
mengajak masyarakat tetap menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi sehari-hari.
Ketua DPD Partai Demokrat Sultra, Muhammad Endang mengatakan, langkah ini diinisiasi pihaknya sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan budaya untuk mengajak masyarakat tetap mempertahankan eksistensi bahasa daerah.
“Bahasa Daerah merupakan identitas dan warisan budaya yang harus dijaga. Untuk itu pentingnya keterlibatan berbagai pihak termasuk pemerintah, akademisi, dan masyarakat dalam upaya pelestarian,” ujarnya.
Ini untuk mencegah kemunduran dan kepunahan sembilan bahasa daerah asli Sulawesi Tenggara akibat perkembangan zaman.
“Ini bentuk tanggung jawab sosial dan budaya dan dukungan juga dari program Asta Cita Presiden RI,” kata Endang.
Apalagi dengan dibentuknya Kementerian Kebudayaan, Partai Demokrat meminta agar program itu bukan hanya gimik tapi ada kerja-kerja yang dilakukan.
Muhammad Endang mengatakan ada sembilan bahasa daerah dimiliki suku-suku yang domisili di Sulawesi Tenggara. Sehingga nantinya jika tidak terus dibudayakan dikhawatirkan bahasa daerah bisa mengalami kemunduran bahkan kepunahan.
“Apalagi tren bahasa gaul yang lebih banyak digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari membuat bahasa daerah hilang eksistensinya. Jujur saja sayakan orang sosiologi, ada orang pergi satu bulan di Jakarta pulang sudah lo lo gua gua,” ungkapnya.
“Apalagi sekarang sudah banyak yang minder karena dibilangi kampungan kalau pakai bahasa daerah. Padahal itu eksistensi kita,” tambahnya.
Endang menjelaskan dalam sejarah, bahasa sangat menyangkut dengan eksistensi bangsa, daerah dan komunitas. Bahasa itu menyangkut eksistensi daerah. Karena runtuhnya sebuah negara bermula dari bahasa.
Laporan: Krismawan