Baliho pasangan calon Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Halu Oleo (UHO) Sulawesi Tenggara, Muhammad Iswandi Efendi dan Septya Dwy Rahayu Putri, dirusak oleh orang tak dikenal (OTK). Perusakan terjadi di wilayah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UHO.
Namun, identitas pelaku belum diketahui dengan jelas. Kejadian ini terjadi menjelang Pemilihan Raya (Pemira) UHO 9/12/ 2024 yang semakin dekat.
Menanggapi perusakan baliho tersebut, pasangan calon nomor urut 1 yang berakronimkan “MESRA” mengungkapkan bahwa baliho yang dirusak tidak memiliki salah apa-apa. Septya Dwy Rahayu Putri menilai, tindakan tersebut merupakan usaha yang sia-sia, karena justru akan memperkuat posisi mereka sebagai calon ketua dan wakil BEM UHO periode 2025-2026.
“Simpatisan yang sebelumnya mungkin masih ingin bersembunyi, sekarang justru tertantang untuk menunjukkan dukungannya kepada saya secara terang-terangan. Saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mengotori perusakan baliho saya,” ujar Septya, Senin (9/12/2024).
Septya juga mengimbau seluruh tim dan simpatisan untuk tetap tenang dan tidak terpancing oleh upaya-upaya yang bisa memecah belah persatuan dan kesatuan yang sudah terorganisir dengan baik. Menurutnya, kondusivitas di Universitas Halu Oleo harus tetap terjaga, tanpa adanya polarisasi atau konflik.
“Semoga kehadiran saya dalam kontestasi Pemira UHO dapat membawa keteduhan dan iklim politik kampus yang baru. Saya meminta kepada seluruh tim dan simpatisan untuk menyikapi masalah ini dengan tenang dan kepala dingin,” tegasnya.
Septya menduga perusakan baliho tersebut merupakan tindakan yang terorganisir dan didalangi oleh pihak-pihak yang merasa terganggu dengan gerakan politiknya, yang semakin mendapat dukungan luas dari mahasiswa, terutama di FISIP UHO.
“Seharusnya, di tengah keberagaman dan perbedaan pandangan politik, kita bisa menciptakan nuansa yang sehat dan dewasa dalam politik kampus, serta mewujudkan demokrasi kampus yang beradab,” katanya.
Fatur, salah satu tokoh mahasiswa FISIP UHO, menyesalkan tindakan tersebut, apalagi perusakan baliho terjadi di tengah tahapan kampanye. Menurutnya, perbedaan pandangan politik seharusnya dapat memberikan nuansa baru bagi mahasiswa, bukan malah menjadi pemicu perpecahan.
“Harusnya, kita bisa menjadikan perbedaan sikap politik sebagai kesempatan untuk memberikan pendidikan politik yang masif, terstruktur, dan terorganisir. Ini penting agar Pemira UHO dapat berjalan berkualitas dan damai,” ungkap Fatur.
Fatur juga mengajak mahasiswa UHO, khususnya di FISIP, untuk tidak terpengaruh oleh isu-isu hoaks yang dapat merugikan pihak tertentu. Ia mengingatkan bahwa partisipasi mahasiswa dalam pemilihan raya yang berkualitas dapat dilihat dari antusiasme dan keterlibatan mereka dalam pesta demokrasi kampus ini.
Sementara itu, pengamat politik kampus FISIP UHO, Anang, berharap seluruh calon BEM UHO hadir dengan gagasan dan program yang konstruktif, yang dapat membangun kelembagaan mahasiswa UHO.
“Kami sebagai pemilih rasional ingin melihat program dan visi misi yang dapat membawa kemajuan bagi kelembagaan mahasiswa UHO, bukan hanya sekadar berambisi menduduki kekuasaan,” ujar Anang.
Menurutnya, para calon BEM seharusnya lebih fokus pada kerja-kerja konsolidasi untuk menarik simpati mahasiswa, bukan malah menciptakan situasi politik yang tidak etis, seperti merusak baliho.
“Perusakan baliho ini bisa menimbulkan polarisasi di tengah mahasiswa, yang justru merusak konduktivitas dan ketertiban kampus. Kita harus menjaga suasana agar Pemira UHO bisa berjalan dengan kualitas dan damai,” tutupnya.***
Laporan: Redaksi
Leave a Reply