Dianggap Tak Ada Kejelasan, Barang Antik Budaya Tolaki Yang Dicuri Dipersoalkan

Dianggap Tak Ada Kejelasan, Barang Antik Budaya Tolaki Yang Dicuri Dipersoalkan
Organisasi Masyarakat (Ormas) Budaya, Massa Tamalaki Wonua Ndolaki Demo di Kantor Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra). (Indosultra.com).

Indosultra.com, Kendari – Benda-benda pusaka bersejarah budaya Suku Tolaki yang dimuseumkan seringkali mengalami kehilangan atau dicuri oleh oknum tak bertanggung jawab. Kejadian itu mulai berlangsung sejak tahun 2020.

Menanggapi hal itu, kerukunan Suku Tolaki mengambil langkah hukum dengan melaporkan kepihak berwajib. Namun, hingga saat ini belum ada kejelasan mengenai penanganan barang-barang peninggalan para leluhur itu.

Dari informasi yang diperoleh awak media, kehilangan benda pusaka Suku Tolaki itu terjadi di museum Kabupaten Kolaka dan Kota Kendari.

Menanggapi persoalan tersebut,
Organisasi Masyarakat (Ormas) budaya yang mengatasnamakan Tamalaki Wonua Ndolaki (Tawon) turun gunung melakukan unjuk rasa di Kantor Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra).

Unjuk rasa massa Tamalaki Tawon dilakukan akibat pencurian benda-benda pusaka suku Tolaki di Sultra yang sudah beberapa kali terjadi dalam kurun waktu Tahun 2020 dan 2021. Aksi demo berlangsung pada, Rabu (10/3/2021).

Unjuk rasa digelar tiga titik yang berbeda-beda, yakni di depan Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sultra, Mapolda, dan Kantor Gubernur Sultra. Kegiatannya, dipimpin langsung oleh Ahmad Oleo selaku Ketua Tamalaki Tawon.

“Ada dua daerah terjadinya pencurian, yakni museum Kolaka dan museum Kota Kendari Sulawesi Tenggara (Sultra) tapi sampai sekarang tidak ada kejelasan. Sudah terjadi beberapa kali pencurian tak ada tindak lanjut dari Kaporles Kolaka dan pihak terkait lainnya,”tegas Ahmad dalam aksi itu.

Masa aksi meminta Kapolda mengambil langkah tega untuk menuntaskan persoala tersebut, serta menangkap pelaku pencurian. “Kami juga minta Kapolda untuk mencopot Kaporles Kolaka utara dan Intelnya,”tambahFerdianto salah satu anggota Tawon.

“Kami juga mendesak agar Kadis Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sultra, Kepala UPTD Museum untuk dicopot, jika tidak mampu mengungkap kasus tersebut,”tambahnya dengan nada tegas.

Para pengunjuk rasa menyatakan, aksi yang dilakukan murni sebagai upaya untuk mempertahankan nilai-nilai budaya lokal tolaki, tidak ada tendensi politik dan lain sebagainya.

“Kami demo untuk menunut pelakukanya harus ditemukan, tak ada campur tangan pihak lain. Barang bersejarah harus dijaga, dirawat, buat anak-anak dimasa depan kemudian museumnya harus diperbaiki”tegas Arman dengan nada lantang.

Laporan: Mega J

Koran indosultraKoran indosultra
error: Hak cipta dilindungi undang-undang !!